Jumat, 11 September 2015

“Untuk sang puteri”


Di awal pagi yang cerah ku berlari dan terus melangkah ku ambilkan sebuah pena dan sehelai kertas menuliskan secarik harapan yang terlintas di benak pesat hatiku tentang pertemuan masa lamaku yang dulu….

Wahai matahari di ufuk timur apakah engkau masih menyinarinya seperti aku menyinarinya di saat dulu? Seperti hari-hari yang lalu di saat ku masih bersama-sama dengan dirinya? Apakah dia masih mengingatku seperti masa-masa yang lalu itu?

Ditengah keramaian kota
ku terpaku dan selalu berkata di saat ku renung wajah indahmu, akan sosok baik budimu, dan lembut lakumu. Yang selalu hadir di setiap ayunan langkahku.

Ditengah keramaian kota
disini ku terdiam dan membisu tanpa kata-kata yang sering kita ucapkan dimasa dulu itu, Apakah di sana kau masih dapat tersenyum dengan duniamu saat ini? ku harap kita akan dapat menyatukan perasaan yang sudah lama terpisah oleh keadaan dan waktu.



Ditengah keramaian kota
Ku menyimpan seribu cerita, baik itu tentang perkenalan kita yang dulu sampai bagaimana dan kemana arah yang akan kita tuju. Ku tak bisa menahan gejolak didalam dada dan rasa yang membara, hasrat ingin bertemu denganmu untuk menyatukan dua hati yang pilu, merangkai kata menjadi satu. Yang sering di katakana oleh muda-mudi kota I LOVE U.

Ditengah keramaian kota
Ku coba hadirkan kata-kata, lalu ku gantugkan sebuah harapan, dan ku titipkan sebuah tulisan, ku gambarkan seribu alasan. Dan semua itu hanya sebagai rasa ungkapan  terhadapmu yang pernah singgah di kehidupan ku. Kau takkan pernah terganti oleh sosok apapun dalam diriku hingga kematian ku.

Ditengah keramaian kota
Disini ku terdiam sendiri tanpa dirimu yang kucari, kini di temani sepi, menanti sesuatu yang tak pasti. Akankah tulisan ini akan berarti? Untukmu sang pujaan hati……
Adakah harapan dibalik cakrawala, ata hanya sebuah ilusi?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar